
Rifky Effendy (Goro)
Oke, ini ada satu karya Hahan.Disini ditampakkan dari beberapa karya ada teks dan symbol-simbol dengan warna yang cukup cerah.Symbol-simbol itu muncul dari praktek dunia seni rupa kontemporer global.Disini ada tulisan Documenta, logo Biennale di Venice lalu juga ada binatang atau bentuk makhluk dengan bermata dollar ataupun yen.Lalu juga ada kapsul dengan tulisan MoMA, ada juga ikon dunia seni rupa kontemporer seperti Christie’s. Ini menampakkan bahwa dalam karyanya Hahan selalu mengkritik dunia seni kontemporer yang elit dan global yang penuh dengan..apa ya? Disitu seperti memabukkan.
Tampaknya Seni rupa kontemporer global itu sarat dengan persaingan uang, karena disini kita lihat karya dalam seni rupa kontemporer, yang mungkin berdasar pengalaman Hahan sendiri yang banyak datang ke art fair atau event-event global, harga itu memang sudah sangat bersaing dan juga tidak masuk akal. Jadi seperti dunia yang penuh dengan impian, memabukkan.Sebuah dunia yang tidak berakar dari budayanya, mungkin itu juga muncul di Jogja.
Saya kira kritik ini sangat menarik karena ditampilkan dengan segar dan menghibur. Ya itulah karakter Hahan yang mengkritik dengan cara yang lebih lunak dan jenaka.Kira-kira begitu, terima kasih.
Okay, here's some works of Hahan. I can see here from several works there are texts and symbols with bright colors. Such symbols appears from the practices of global contemporary fine art. There a word "Documenta", the logo of Biennale of Venice and then an animal or a shape of animal with the eye of a Dollar sign or a Yen sign. There's this capsule that says "MoMA", and also icons of the contemporary fine art such as Christie’s. This shows that in his work, Hahan always criticize the elite and uh... somewhat...intoxicating global contemporary fine art scene.
It seems that the global contemporary fine art is full with financial competition, as here we see artwork in contemporary fine art, which based on Hahan's own experience who may have attended many art fairs or global art events. Such price is already competitive and rather nonsensical. It become an intoxicating, dreamy world. A world not rooted in culture, which may have manifested in Jogja.
I think this critic is very amusing as it is shown in a fresh and entertaining way. Well, such is the character of Hahan, he would criticize but in a funny and smooth way. I believe so. Thank you.